Kamis, 11 Maret 2021

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN DAUN (PHOLLYUM)

 

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN

DAUN (PHOLLYUM)



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun (leaf). Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi, namun umumnya terdiri dari suatu helai daun (blade) yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiola, yang menyambungkan daun dengan buku batang. (Campbell,N.A.,J.B.Reece & L.G. Mitchell.2003:298).

Daun yang mempunyai bentuk tipis melebar, berwarna hijau, dan duduknya pada batang yang menghadap keatas selaras dengan fungsi dau bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), dan pernapasan (respirasi). (Tjitrosoepomo, Gembong.2013:6) Katafil adalah sisik pada tunas atau pada batang dibawah tanah yang berfungsi sebagai pelindung atau tempat menyimpan cadangan makanan. Daun pertama pada cabbang lateral disebut prophyll, pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi sebagai pelindung. Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan mahkota bunga . kotiledon merupakan daun pertama pada tubuhan. (Hidayat, Estiti B.1995:195)

 

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja jaringan pada daun?

1.2.2 Bagaimana anatomi daun xeromorf dan hidrofit?

1.2.3 Bagaimana daun pada tumbuhan gymnospermae?

1.2.4 Bagaimana perkembangan helai daun?

1.2.5 Bagaimana pengguguran daun?

1.3 Tujuan

            1.3.1 Mengetahui jaringan pada daun

            1.3.2 Mengetahui anatomi daun xeromorf dan hidrofit

            1.3.3 Mengetahui daun pada tumbuhan gymnospermae

            1.3.4 Mengetahui perkembangan helai daun

            1.3.5 Mengetahui pengguguran daun



BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jaringan Pada Daun

            2.1.1 Epidermis

Epidermis daun dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam hal jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma, serta adanya sel khusus. Struktur dalamnya biasanya berbentuk pipih. Daun memiliki dua jenis jaringan epidermis yaitu permukaan atas daun disebut permukaan adaksila dan permukaan bawah disebut permukaan abaksial. Pada lapisan ini tidak ada ruang antar sel. Di antara sel epidermis terdapat sel penjaga yang membentuk stomata. Struktur stomata yang dapat membentuk dan menutup ini berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran gas dan air. Sifat terpenting pada jaringan daun ini adalah susunan selnya yang kompak dan adanya kutikula serta stomata.

Gambar 1 Penampang melintang daun


2.1.2 Mesofil

Mesofil terdiri atas jaringan parenkim yang terdiri di sebelah dalam epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik yang kloroplas. Pada kebanyakan tumbuhan terdapat du jenis parenkim dalam mesofil, yaitu parenkim palisade dan parenkim spons.

2.1.2.1 Parenkim Palisade

Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang melintangnya tampak berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Pada tumbuhan tertentu, sel palisade berbeda bentuknya. Pada Lilium terdapat lobus besar pada sel palisade dan tampak bercabang.

Sel palisade terdapat dibawah epidermis unilateral (selapis) atau multilateral (berlapis banyak). Seringkali terdapat hypodermis di antara epidermis dan jaringan palisade. Sel parenkim palisade tersusun atas satu atau lebih lapisan. Apabila tersusun lebih dari satu lapisan, panjang sel pada tiap lapisan atau sama, atau malah semakin ke tengah semakin pendek. Jaringan palisade biasanya terdapat pada permukaan abaksial daun. Meskipun jaringan palisade tampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang; kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Dapat berlangsung efesien.

Pada Thymelaea hirsuta, sel parenkima palisade terdapat pada permukaan abaksial daun. Pada daun tumbuhan xerofit, misalnya pada Atriplex portulacoides, parenkim palisade terdapat pada kedua sisi daun. Daun yang mempunyai parenkim palisade pada kedua sisi (abasksial dan adaksial) disebut isolateral atau isobilateral sedangkan apabila jaringan palisade tersebut hanya pada bagian adaksial disebut dengan bifasial atau dorsiventral.

2.1.2.2 Parenkim Spons

Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang tak teratur bentuknya. Bentuk selparenkim spons dapat berbentuk bermacam-macam. Kekhususanya adalah adanay lobus (rongga) yang terdapat antara sel satu dan lainya. Membedakan antara sel parenkim palisade dengan parenkim spons tidaklah selalu mudah, khususnya apabila parenkim palisade terdiri atas beberapa lapisan. Alasannya adalah apabila palisade terdiri atas beberapa lapisan, biasanya lapisan paling dalam sangat mirip dengan parenkim spons yang ada didekatnya.

Pada tumbuhan tertentu, seperti pada Zea dan banyak rumput-rumputan lainya, bentuk sel mesofil lebih kurang sama. Bahkan pada Eucalyptus dan Atriplex, sukar untuk membedakan antara kedua tipe parenkim. Pada jaringan spons ini terdapat jarak atau ruang antar sel. Ciri khas jaringan spons adalah adanya lekukan-lekukan yang menjadi penghubung antar sel.

Pada daun dengan kedua macam mesofil, kloroplas paling banyak terdapat dalam jaringan palisade. Tempat serata susunan kloroplas pada sel tiang memungkinkan penggunaan cahaya secara maksimum. Faktor lain yang meningkatkan efesiensi fotosintesis adalah system ruang antar sel dalam mesofil yang lurus, yang memudahkan pertukaran gas dengan cepat. Susunan sel di dalam mesofil memungkinkan daerah permukaan sel yang mendapat sinar dan langsung berhubungan dengan udara menjadi lebih luas. Seluruh daerah permukaan ini disebut daerah permukaan dalam daun dan daerah permukaan luar daun.

2.1.3 Berkas pembuluh atau sistem jaringan pembuluh

Sistem jaringan pembuluh tersebut di seluruh helai daun dan dengan demikian menunjukan adanya hubungan antara ruang yang erat dengan mesofil. Jaringan pembuluh membentuk system yang saling berkaitan, dan terletak dalam bidang median, sejajar dengan permukaan daun. Berkas pembuluh dalam daun biasanya disebut dengan tulang daun dan sistemnya adalah system tulang daun. Terdapat dua macam pola yakni system tulang daun jala dan system tulang dau sejajar. System tulang daun jala merupakan system bercabang. Pada system ini, tulang daun lebih halus, secara bertahap dibentuk sebagai cabang dari tulang daun yang tebal.

Sedangkan istilah sejajar bagi jalanya berkas pembuluh dalam system tulang daun sejajar hanyalah sebagai pendekatan saja, oleh karena berdasarkan atas ujung dan pangkal daun semua berkas itu akan bertemu di satu titik. Di antar berkas sejajar itu tampak cabang halus yang berpola jala dan menghubungkan semua berkas sejajar itu. Pola jala umumnya ditemukan pada daun dikotil dan pola sejajar pada daun monokotil.

2.1.4 Berkas Pengangkut

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tulang daun yang besar dikelilingi oleh parenkim yang sedang mengandung kloroplas. Sedangkan tulang daun yang lebih kecil biasanya juga dikelilingi oleh lapisan sel parenkim, yang disebut berkas pengangkut. Berkas pengangkut ini biasanya terdapat menjadi 2 jenis yaitu, xylem dan floem. Sel berkas pengangkut ini berdinding tipis untuk memudahkan terjadinya transport antar sel, mungkin memiliki kloroplas seperti mesofil. Sering kali terdapat Kristal.

Pada floem,sel-sel saluran yang terpenting ialah pembuluh tapis, disebut demikian karena adanya lubang-lubang seperti tapis pada ujung sel dan serng kali juga pada dinding samping. Pada tumbuhan bunga, elemen tabung tapis (seperti halnya elemen pembuluh) tersusun ujung dengan ujung, membentuk pembuluh tapis.

Kebanyakan daun Dikotil, parenkim berkas pengangkut memperluas area epidermis pada satu atau kedua sisi daun. Sel yang mencapai arah epidermis ini berfungsi dalam pengangkut pada daun. Bukan hanya pada daun Dikotil saja yang memiliki berkas pengangkut akan tetapi berkas pengangkut juga terdapat dalam daun monokotil, berkas pengangkut pada daun Monokotil ini dibedakan menjadi dua tipe yaitu yang mempunyai 1 atau 2 lapisan saja.

2.1.5 Jaringan Penyokong Daun

Epidermis daun memiliki struktur yang padat dan diperlukan oleh kutikula sebagai pelindung. Dinding selnya seringkali tebal atau banyak mengandung silica dan memberikan sokongan pada helai daun. Jaringan penyoking lainnya adalah kolenkim. Pada daun Dikotil, kolenkim sering ditemukan di dekat ibu tulang daun, dibawah epidermis dan juga ditepi daun. Selain kolenkim, pada misofil daun Dikotil juga ditemukan skelrida. Tulang daun berukuran besar atau sedang, dikelilingi oleh seklompok serabut. Pada kebnyakan daun monokotil berkas pengangkut dikelilingi oleh serabut pada satu atau dua sisi berkas pengangkut, dan berhubungan ke epidermis.

2.2 Perubahan Anatomi Daun Xeromorf dan Hidrofit

2.2.1 Daun Xeromorf

Xerofit adalah tumbuhan yang hidup didaerah yang sangat kering seperti gurun yang membuat transpirasinya dapat turun sampai minimum dibawah kondisi kekurangan air. Maka dari itu untuk tetap bertahan hidup didaerah yang kering seperti itu, struktur atau anatomi daun tumbuhan tersebutpun beradaptasi menjadi lebih khas.

Daun xeromorf berukuran kecil. Pengurangan permukaan luar daun dibarengi dengan perubahan struktur dalamnya, misalnya pengurangan ukuran sel tetapi terjadi peningkatan ketebalan dinding sel. Perkembangan jaringan sel palisade pun meningkat. Daun xeromorf pada umumnya tertutupi oleh trikoma. Jaringan penyimpan air pada daun pun juga berkembang.

Tumbuhan dengan daun yang kecil yang biasanya mempunyai habitat yang kering. Pengukuran ukuran daun seringkali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan. Daun xeromorf biasanya mempunyai trikoma. Dibalik trikoma inilah stomatanya berada. Trikoma in selain berfungsi sebagai pelindung atau mengurangi dari gangguan predator juga berfungsi dalam mengurangi penguapan.

Factor lingkungan mempengaruhi pembentukan kutikula. Pada beberapa tumbuhan gurun, stomata menjadi tertutup secara tetap selama musim panas. Penutupan ini diakibatkan karena sel penutup stomata oleh massa yang mengandung resin atau oleh lapisan lilin. Seperti pada Rumex acetosella resin serata lapisan lilin yang terbentuk dalam epidermis dan sel disekeliling tulang daun pada kondisi musim panas.

Air dalam daun diangkut oleh tulang daun, sel mesofil, dan jaringan palisade daripada jaringan spons. Selain itu jaga, jaringan penyimpan air berkembang biak pada daun. Jaringan penyimpan air pada tumbuhan xerofit terdiri atas sel besar dengan vakuola besar berisi cairan sel yang mengandung lender. Sel ini mempunyai sitoplasma tipis yang menempel pada dinding sel dan kloroplasnya tersebar. Teakanan osmosis pada sel fotosintesis lebih tinggi daripada sel yang bukan untuk fotosintesis. Apabila air berkurang, maka tumbuhan xerofit mendapat air dari jaringan penyimapan ini. Sel penyimpan air yang bedinding tipis. Dalam kondisi kering, sel mengerut. Apabila pasokan air kembali normal, dengan cepat sel akan kembali ke bentuk semula. Contohnya adalah Atriplex portulacoides.

Beberapa tumbuhan gurun, menggugurkan daunnya pada bulan-bulan dengan kekeringan tinggi. Yang lain seperti kaktus, bertahan dengan air yang disimpan dalam batangnya yang berdaging selama musim hujan. Salah satu adaptasi yang paling bagus terhadap habitat yang kering ditemukan pada tumbuhan es dan tumbuhan sukulen lain dari family Crassulacean serta pada perwakilan banyak family tumbuhan lain. Tumbuhan ini mengasimilasikan CO2 melalui suatu lintasan alternatif fotosintetik yang dikenal sebagai CAM ( Crassulacean Acid Metabolism). Sel-sel mesofil pada sebuah tumbuhan CAM memiliki enzim yang dapat mensintesis CO2 menjadi asam organic pada malam hari. Selama siang hari asam organic itu dirombak dengan  membebasakan CO2 dalam sel yang sama, dan gula disintesis melalui lintasan fotosintetik konvensional(C3). Karena daun mengambil CO2 pada malam hari, maka stomata dapat menutup selama siang hari, ketika laju transpirasi paling tinggi. (Campbell:332)

2.2.1 Hidrofit

Struktur anatomi tumbuhan hidrifit kurang bergan dibandingkan dengan tumbuhan xerofit. Factor yang mempengaruhi struktur tumbuhan air atau hidrofit ini biasanya bergantung pada suhu, air, konsentrasi dan komposisi garam dalam air. Tumbuhan air memiliki sedikit jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan pembuluh sedikit, xylem mengecil,dan mempunyai ruang udara.

Gambar 3. sel tumbuhan hidrofit

Epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi lebih untuk pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding selnya sangat tipis. Sel epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung mempunyai stomata hanya pada permukaan atas daun saja. Beberapa tumbuhan air memiliki sekelompok sel yang disebut dengan hydropotes, yang berfungsi untuk memudahkan pengangkutan air dan garam keluar dank e dalam tumbuhan. Contohnya: Ranunculus aquatilis.

2.3 Daun Gymnospermae

Sebagian besar daun pada Gymnospermae selalu berwarna hijau dan bersifat xeromorf. Salah satu kekhususan daun Gymnospermae adalah adanya jaringa transfusi. Jaringa ini mengelilingi berkas pengangkut dan tersusun atas trakeida, parenkim, dan sel albumin. Jaringan ini berbeda-beda jumlahnya dan susunanya, bergantung pada genusnya.

Daun Pinus dan daun Cycas tampak seperti kulit dan keras, sel epidermisnya berdinding tebal, mempunyai kutikula tebal, dan stomatanya tersembunyi dan terdapat pada permukaan abaksial daun. Mesofil terdiri atas parenkim palisade dan parenkim spons seperti pada angiospermae. Hipodermis selapis (uniseriate) atau dua lapis (biseriate) terdapat diantara epidermis adaksial (atas) dan parenkim paliade. Prooxilem diiringi oleh sedikit parenkim yang terdapat pada sisi abaksial (bawah) dan metaxilem pada sisi adaksial. Xilem sekunder berkembang didekat floem dari kambium yang terletak diantara tua tipe jaringan pembuluh. Tulang daun dikelilingi oleh endodermis. Di bawah endodermis terdapat satu lapisan sel parenkim transfusi.

Di banyak angiospermae, pembelahan pertama terjadi di satu atau lebih lapisan di bawah protoderm, dan pembelahan terjadi dalam bidang perikrinal. Bakal daun (primordium daun) tumbuh menjadi lebih tinggi dan berbentuk tonjolan seperti kerucut yang disebut sumbu daun. Pertumbuhan yang menyebakan peluasan lateral dari primordium kemudian terpusat di kedua tepi sumbu daun.   Pertumbuhan awal pada daun biasanya dibagi menjadi pertumbuhan apikal dan marginal. Perumbuhan apikal terjadi di ujung oleh sel pemula apikal dan mengakibatkan primordium menjadi lebih tinggi (panjang).

2.4 Perkembangan Helai Daun

      Secara umum perkembangan daun dimulai dari tahap permulaan (inisiasi), diferensiasi awal, perkembangan aksis daun, asal-usul helai daun, dan histogenesisnya jaringan helai daun.

2.4.1 Tahap permulaan (Inisiasi)

Inisiasi daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok sel kecil sel pada sisi pucuk. Jumlah lapisan sel yang mulai membelah dan posisinya pada pucuk beragam pada tumbuhan yang berbeda. Primordai daun berasal dari lapaisan paling luar pucuk batang.

Pada semua tumbuhan Dikotil, pembelahan periklin yang pertama tidak terjadi pada sel lapisan permukaan, tetapi pada sel yang terletak satu atau dua lapisan dibawahnya. Lapiasn permukaan diperluas dengan adanya pembuahan antiklin beberapa kali.

Kasus yang paling sering terjadi, inisiasi dari primordial daun dimulai pada lapaisan sel di bawah lapaisan permukaan. Dalam hal ini lapisan sel tunika dan lapisan permukaan. Dalam hal ini lapisan sel tunika dan lapisan sel tetangganya dari korpus ikatan serta dalam inisiasi primordium yang berbeda.

2.4.2 Diferensiasi Awal

Sebagi hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papilla kecil atau tonjolan. Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium, yang tumbuh secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari cambium batang.

2.4.3 Perkembangan Aksis Daun

Pada kebanyakan daun Dikotil dan Gymnospermae, perkembangan aksis daun mendahului helai daun. Hasil perkembangan cepat dari primordial menjandi bentuk seperti kerucut yang runcing dengan sisi ada ksialpipih (rata). Ujung kerucut ini merupakan sebagai meristem apikal. Pada tumbuhan tertentu, dari tahap awal perkembangan ketika primordium masih berkurun 1 mm, peningkatan atau perkembangan lebih lanjut akan terjadi karena pembelahan dan pemanjangan sel yang berjarak dari ujung primordium. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan interkalar.

2.4.4 Asal usul Helai Daun

Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun mua, sel bagian tepi adakisal terus membelah dengan cepat. Inisial pinggiran adalah sel lapisan paling luar pada tepi helai daun muda. Pada Angiospermae, biasanya inisial ini akan membelah hanya ke arah antiklin dan penambahan sel baru terjadi kea rah protoderm abaksial dan adaksial.

Pada daun majemuk menjari dan menyirip, helai daun lateral berkembang dari meristem pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan papila. Pada tumbuhan lain, perkembangan helai daun ada yang secara akropetal atau-pun biseptal.

2.4.5 Histogenesis Jaringan Helai Daun

Pertumbuhan pinggiran berlangsung terus menerus lebih panjang dari pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relative awal. Setelah pertumbuhan pinggiran berhenti, pertumbuhan lebih lanjut dari helai dauan dilakukan oleh pembelahan sel helai daun. Pembelahan secara antikilin membentuk lempeng meristem. Aktivitas lempeng meristem menghasilkan peningkatan daerah permukaan, tetapi tidak terjadi penebalan oragan. Pada helai daun, sel meristem berlapis sehingga relative mudah untuk meacak asal-usul epidermis, jaringan palisade dan spons, serta berkas pengangkut.

Pertumbuhan daun ini dikendalikan oleh factor genetis, tetapi juga di pengaruhi oleh kondisi lingkungan luar dan dalam. Faktor luar yang memengaruhi daun antara lain seperti pasokanair,nutrisi,panjang hari, dan intensitas sinar.

2.5 Abisis (Pengguguran Daun)

Pemisahan aktif daun dari cabang, tanpa meninggalkan luka, disebut absisi daun. Daun  sering tanggal pada musim kemarau, atau saat kekurangan air, tanpa meninggalkan luka. Absisi juga merupakan adaptasi yang bermanfaat guna melepaskan daun tua, buah masak, dan batang yang tidak akan menghasilkan buah, serta merupakan cara pemangkasan diri jika jumlah cabang terlampau banyak.

Absis daun biasanya disiapakan di dekat dasar tangkai daun atau pangkal daun. Daerah pengguguran ini secra histologi dapat dibedakan dengan jaringan yang lain yaitu bagian luarnya ditandai dengan adanya lekukan dangakal atau adanya perbedaan warna epidermis.

System pembuluh darah pengguguran ini biasanya terputus di tengah. Perkembangan sklerenkim dan kolenkim kuarang baik atau bahkan tidak ada. Pada daerah pengguguran terdapat dua lapisan pemisah, tempat terjadinya pelepasan organ dan merupakan laipasan pelindung dari kekeringan dan masuknya parasit.

Di daerah absisi tersebut terjadi perubahab sitology dan biokimiawai dalam sel di daerah pemisah yang akhirnya memisahkan daun dari cabangnya. Pada kebanyakan daun, bunga, dan buah dan beberapa batang, persiapan lapiasan absisi terjadi sewaktu ontogeny. Namun, lapisan absisi bisa juga terjadi langsung setelah ada kondisi yang merangsang absisi. Pada daerah absisi, jaringan tersklerifikasi saling tereduksi dan jaringan pembuluh terkondensasi di tengah, bukan di tepi. Pada beberapa spesies, daerah absisi seperti itu terdapat di tempat pertemuan tangkai dan sendi daun.

 

 

Secara histologi, pemisahan atau absisi terjadi melalui tehap histologi sebagai berikut:

1)      Pecahan sel empulur

2)      Pembelahan sel dalam korteks

3)      Diferensiasi dan pembesaran sel

4)      Pemecahan sel pembuluh dan korteks

Tanggalnya daun atau gugurnya daun tidak perlu selalu berasosiasi dengan peristiwa pelarutan dinding sel atau lamella tengah. Di kebanyakan monokotil dan beberapa dikotil basah, tekanan fisik mengakibatkan pemisahan daun.

            Banyak penelitian telah dilakukan terhadap zat pengantar absisi. Senyawa yang paling dikenal adalh auksin dan etilen. Auksin menghambat absisi jika dibubuhkan setelah daerah absisi dibentuk, namun belum mengalaimi pelemahan structural. Auksin juga dapat mengambat pembentukan zona absisi. Nampaknya, etilen merupakan senyawa yang memacu lengkapnya peristiwa absisi. Karena senyawa etilen digunakan untuk merusak dinding sel dan proses enzim respirasi. Peroksidase mengakibatkan peningkatan sintesis etilen, dan fosfatase berasosiasi dengan peristiwa penuaan.




BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahawa :

            Daun (leaf). Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi, namun umumnya terdiri dari suatu helai daun (blade) yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiola, yang menyambungkan daun dengan buku batang. (Campbell,N.A.,J.B.Reece & L.G. Mitchell.2003:298).

Pada daun terdapat lima jaringan, yaitu :
1)  Epidermis. Daun dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam hal jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma, serta adanya sel khusus.
2) Mesofil. Terdiri atas jaringan parenkim yang terdiri di sebelah dalam epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik yang kloroplas.
3) Berkas pembuluh atau sistem jaringan pembuluh.Sistem jaringan pembuluh tersebut di seluruh helai daun dan dengan demikian menunjukan adanya hubungan antara ruang yang erat dengan mesofil.
4) Berkas Pengangkut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tulang daun yang besar dikelilingi oleh parenkim yang sedang mengandung kloroplas. Sedangkan tulang daun yang lebih kecil biasanya juga dikelilingi oleh lapisan sel parenkim, yang disebut berkas pengangkut.
5) Jaringan Penyokong Daun. Epidermis daun memiliki struktur yang padat dan diperlukan oleh kutikula sebagai pelindung. Dinding selnya seringkali tebal atau banyak mengandung silica dan memberikan sokongan pada helai daun. Jaringan penyoking lainnya adalah kolenkim.


 

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki lagi. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dan kritikan dari para pembaca dalam membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan makalah ini akan memberikan sebuah perubahan pendidikan, dalam mengetahui tentang Anatomi tumbuhan terutama daun bagi kehidupan.



DAFTAR PUSTAKA

            Campbell, Reece, Mitchell. (2003). Biologi Campbell Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

            Hidayat, Estiti B. (1995). Aanatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.

Mulyanu, Sri. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI).

Sugianto. (2016). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : K-Media.

Tjitrosoepomo, Gembong. (2013). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

            Tjitrosomo, Siti Sutarmi. (1990). Botanu Umum 2. Bandung : Angkasa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Membaca Jangka Sorong Dengan Benar

  A.     Cara Membaca Jangka Sorong Dengan Benar Bagaimana cara membaca hasil pengukuran jangka sorong ? Mungkin diantara kita sudah pern...